Indonesia menjadi penggerak bisnis pada 2020
Pertama-tama, dari segi ekonomi makro, Indonesia sangatlah mengagumkan. Baik Adrian maupun Kevin menyatakan bahwa perekonomian negara ini secara konsisten telah berkembang sebesar lima sampai enam persen pada dua dekade terakhir. Jadi, pada dasarnya Indonesia adalah negara yang berkembang dengan stabil untuk memulai segala jenis bisnis. Kevin menambahkan bahwa sumber daya alam melimpah di Indonesia – yang merupakan sumber daya alam terbesar ke-27 di dunia pada 2010, adalah faktor lain yang dapat menjamin stabilitas ini. Perlu dicatat bahwa Indonesia juga merupakan satu dari beberapa negara yang dapat bertahan dari krisis global yang akhir-akhir ini kerap terjadi. Tetapi, yang lebih penting lagi sesungguhnya adalah basis target konsumennya yang besar.
Menurut laporan terakhir dari BCG Perspectives, konsumen kelas menengah dan makmur (MAC) di Indonesia – orang-orang yang mampu memberi produk-produk yang tahan lama dan barang-barang rumah tangga – akan berkembang sebesar delapan sampai sembilan juta setiap tahunnya. Mulai 2020, akan ada sekitar 141 juta ‘MAC’ di negara ini. Laporan yang sama berpendapat, “Pada saat itu, Pulau Jawa saja akan memiliki lebih banyak ‘MAC’ dibandingkan seluruh populasi Thailand. Sumatra akan memiliki lebih banyak ‘MAC’ dibandingkan gabungan populasi Malaysia dan Singapura.” Menariknya, penetrasi internet Indonesia akan berkembang dengan tingkat kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan ‘MAC’.
Laporan terakhir dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengatakan bahwa meskipun negara ini memiliki sekitar 63 juta pengguna internet pada 2012, angka ini akan berkembang pesat menjadi 139 juta pengguna atau 50 persen penetrasi internet pada 2015. Jadi, perusahaan-perusahaan teknologi tidak akan bermasalah ketika harus menjangkau ‘MAC’ tersebut. Apakah mereka bersedia berbelanja? Kevin mengatakan, ya. Lebih dari setengah GDP (pendapatan per kapita) Indonesia datang dari konsumsi domestik.
Belum ada saingan berat
Kedua, Adrian meyakini bahwa masih ada banyak wilayah terbuka di Indonesia, terutama untuk perusahaan teknologi. Di negara ini, teknologi merupakan sesuatu yang berpotensi untuk dikembangkan. Ia berpendapat bahwa hal yang sama tidak berlaku untuk ekosistem teknologi di negara yang lebih maju seperti Amerika. Di sana, Anda membutuhkan produk dan teknologi yang lebih canggih untuk dapat bertahan hidup, tetapi Anda tidak membutuhkan hal tersebut di sini, karena sejauh ini masih belum banyak pesaing yang lebih maju. Perusahaan-perusahaan Barat akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di sini. Latar belakang pengalaman dan pendidikan mereka akan memberikan keunggulan bagi mereka di startup lokal. Andi Budiman dari Ideosource mendukung pernyataan ini. Ia berkata bahwa masalah dalam ekosistem startup Indonesia adalah kurangnya startup yang berkualitas.
Kevin percaya bahwa meskipun banyak orang sudah mengetahui betapa pesatnya Indonesia akan bertumbuh, hanya beberapa saja yang dapat benar-benar memahami dan berbuat sesuatu. Ia mengatakan bahwa sebelum mereka melakukan itu, mereka seharusnya sudah mulai melakukan sesuatu di awal, dan menjadi penggerak pertama. Ia mencontohkan raksasa teknologi China saat ini sebagai contoh sukses karena mereka adalah penggerak pertama – seperti Tencent yang didirikan pada 1998.
Let’s go Indonesia!
Sejalan dengan berkembangnya cerita sukses startup-startup lokal, Kevin percaya bahwa sejauh ini satu-satunya yang layak disebut adalah akuisisi situs berita Detik Indonesia dan investasi pada forum terbesar di Indonesia, yaitu Kaskus. Selain itu, saya rasa Disdus yang telah diakuisisi oleh Groupon dan Yahoo yang membeli Koprol juga dapat menjadi sedikit dari cerita sukses tersebut, tetapi sisanya tetap tidak signifikan dalam kaitannya dengan dunia teknologi global. Indonesia jelas-jelas adalah pertaruhan yang hebat bagi Anda untuk memulai sebuah bisnis.
see more at: https://analyzervibration.wordpress.com/
see more at: https://analyzervibration.wordpress.com/
0 comments:
Post a Comment